Pada Ramadan kali ini saya mendapatkan dua catatan seputar tema menangis pada saat Ramadan. Berikut ini selengkapnya saya bagikan untuk dapat menjadi ibroh bagi siapa pun yang membaca tulisan ini. Selamat membaca, menyimak dan merenungkannya. Moga bermanfaat aamiin. (@ardadinata)
##I##
Menangislah..
Sebelum Ramadhan..
Kita pernah berjanji mengkhatamkan Qur'an..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua beranjak dari juz awalan..
Menangislah..
Sebelum Ramadhan..
Kita pernah berjanji menyempurnakan qiyamullayl yang bolong penuh tambalan..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua menyempurnakan bilangan..
Menangislah..
Sebelum Ramadhan..
Kita berdoa sejak Rajab dan Sya'ban agar disampaikan ke Ramadhan..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan..
Ternyata masih juga tak bisa menahan dari kesia-siaan..
Ternyata masih juga tak bisa menambah ibadah sunnah..
Bahkan..
Hampir terlewat dari menunaikan yang wajib...
Menangislah...
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir..
Bahwa ada satu hamba yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena..
Sehingga Ramadhan yang mulia pun tersia-sia..
Menangislah..
Dan tuntaskan semuanya malam ini..
atas i'tikaf yang belum juga kita kerjakan..
atas lembaran Qur'an yang menunggu dikhatamkan..
atas lembaran mata uang yang menunggu disalurkan..
atas sholat sunnah yang menunggu jadi amal tambahan..
Menangislah..
Lebih keras lagi...
Karena Allah tidak menjanjikan apapun untuk Ramadhan tahun depan..
Apakah kita masih disertakan..
(Sri Prihatiningsih)
##II##
Teman, marilah kita menangis,
Jika itu bs melapangkan gundah yg mengganjal sanubari. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. Jika itu adalah ungkapan penyesalan. Jika itu merupakan awal tekad utk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yg centang perenang
Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa kita adl hamba Alloh yg lalai lagi terlena. Yg berdoa sejak 2 bulan sblm ramadhan, yg berlatih puasa semenjak Rajab, yg rajin mengikuti tarhib Ramadhan, tp sp puasa mendekati akhir masih juga menggunjing kekhilafan teman, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunah, bahkan hampir terlewat menunaikan yg wajib
Menangislah, lebih keras
Alloh tak menjanjikan apa2 utk Ramadhan th depan, apk kita msh disertakan, sdgkn Ramadhan skr cuma tersisa hitungan hari. Tak ada yg dpt menjamin usia kita sp utk Ramadhan besok, sdg Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah utk Ramadhan yg kan hilang...
Menangislah,
Utk dosa2 yg belum terampuni, tp kita masih juga menambah dg dosa baru...
Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Krn bsk waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap utk itikaf. Dan lembar Quran menunggu utk dikhatamkan. Dan lembar rupiah menunggu utk disalurkan melalui infaq dan zakat. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.
Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...
(Ghaza Al Ghazali)