"Jika kita melihat dan membaca sejarah dari bekas-bekas pertempuran yang ada di sekitar kota Madinah, maka dapat tersimpulkan kalau Nabi Saw dalam berperang lebih banyak bersikap defensif (mempertahankan) daripada offensif (menyerang)."
Pintu-Pintu Menjadi Keluarga Rasulullah (2)
Oleh: Arda Dinata
Untuk menjadi keluarga Rasulullah (baca: menauladaninya), sebetulnya banyak pintu yang dapat kita lakukan. Kita bisa mulai dari profesi/aktivitas yang sedang kita jalani.
Rasul pun melarang berjual beli dengan cara melemparkan batu dan menipu (HR. Muslim). Rasul menyeru umatnya untuk tidak mencegat barang dagangan sebelum sampai di pasar (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu, Jabir meriwayatkan bahwa Rasul mengutuk riba, orang yang membayarnya, orang yang menerimanya dan dua orang saksinya, seraya bersabda: “Mereka semua sama.” (HR. Muslim). Demikian pun Allah akan melaknat penjual yang menimbun barang dan akan memberi rezeki pada pedagang yang mau menjual secara spontan (HR. Ibnu Majah). Sementara dalam bidang pertanian, Nabi Saw pernah menyatakan dalam salah satu hadisnya, apabila hampir tiba saatnya qiamat sedang di antara kamu ada yang masih menggenggam bibit pohon (kurma), maka tanamlah! Baginya dengan perbuatan itu mendapat pahala.
Dalam berperang kita diajarakan supaya memerangi orang-orang yang menyerang terlebih dahulu tetapi tidak boleh berlebihan. Jika pihak penyerang menghentikan permusuhannya maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang dzalim. Sebaliknya, jika pihak yang menyerang itu bertindak melampaui batas maka hendaklah dibalas dengan tindakan seimbang (baca: QS. 2: 190-194). (Bersambung Bagian 3).
Bagaimana menurut Anda?
Memang, Rasulullah itu meletakkan pribadinya kepada akhlak Alquran. “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi). Jadi, Nabi Saw merupakan ikutan bagi seluruh umat manusia. Perilaku Nabi sejak kecil sudah menampakkan sifat-sifat yang luar biasa. Mulai menjadi penggembala yang baik dan setia, sampai menjadi pedagang yang baik dan terpercaya, hingga menjadi kepala keluarga yang berhasil. Dan akhirnya jadi pemimpin umat yang dicintai dan disegani oleh kawan dan lawan.
Kedua, sebagai pedagang, pebisnis, dan pelaku pertanian.
Salah satu ajaran Nabi Saw dalam berdagang adalah melarang adanya pemalsuan termasuk didalamnya mengurangi timbangan dan ukuran. Hal ini ditegaskan dalam Alquran, kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang). Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan sebaliknya bila mereka menakar atau menimbang, mereka menguranginya.
Dalam berdagang dan berbisnis, Nabi Saw sangat menekankan nilai kejujuran. Nabi mengatakan, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan ke dalam golongan para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi). Secara tegas, Nabi melarang janganlah kamu sekalian satu sama lain saling hasad, tipu-menipu, dan janganlah (merebut) membeli atau menjual (barang) yang sedang atau hendak dibeli atau dijual oleh orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi orang muslim lainnya. Haram ia menganiaya, enggan membela, mendustainya dan menghinanya (HR. Bukhari).
Ketiga, sebagai prajurit dan panglima perang.
Nabi Saw adalah sosok pahlawan dalam peperangan dan sebagai prajurit yang gagah perwira. Tidak kurang dari 37 kali pertempuran pada masa kepemimpinannya, 35 kali diantaranya langsung dipimpin oleh sendiri. Jika kita melihat dan membaca sejarah dari bekas-bekas pertempuran yang ada di sekitar kota Madinah, maka dapat tersimpulkan kalau Nabi Saw dalam berperang lebih banyak bersikap defensif (mempertahankan) daripada offensif (menyerang).
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Pusat Pustaka Ilmu, Inspirasi dan Motivasi Menjadi Orang Sukses
Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Kec. Pangandaran - Ciamis Jawa Barat 46396
http://www.ardadinata.web.id