Menulis Buku Berjamaah (Bagian 2)

Materi Diklat GGDN: 

Menulis Buku Berjamaah bagian 1 dapat dibaca di sini: 

Ini kelanjutannya pada bahasan Menulis Buku Berjamaah bagian 2 yaitu:

Awalan meN- menjadi men- kalau dirangkai dengan kata yang diawali huruf d, c, j, misalnya mendapat, mencuci, menjaring. Awalan meN- menjadi meny- jika dirangkai dengan kata yang diawali huruf s, misalnya menyeluruh. Awalan meN- menjadi mem- jika dirangkaikan dengan kata yang diawali huruf b, misalnya membeku.

Contoh kesalahan yang sering terjadi.

MeN+ubah
Kamu harus merubahnya menjadi lebih baik.
Kamu harus mengubahnya menjadi lebih baik.

Kalimat tersebut mungkin sering kita jumpai. Baik kalimat pertama atau kalimat kedua. Imbuhan meN- pada kata merubah dan mengubah. Kira-kira mana yang baku?

Kata dasar ubah mendapat imbuhan meN-, meN berubah menjadi meng- karena bertemu vokal sehingga menjadi mengubah. 

Perhatikan kata bandingan yang kata dasarnya diawali vokal.
meN- + ukur = mengukur 
meN- + ajar = mengajar
meN- + ejek = mengejek
meN- + usap = mengusap
meN- + ekor = mengekor
meN- + eja = mengeja

 Berdasarkan aturan bahwa meN- jika dilekatkan dengan kata yang diawali vocal maka meN- berubah menjadi meng- maka yang baku adalah mengubah bukan merubah. Mungkin mereka yang menulis kata merubah terikat dengan kata berubah sehingga dalam anggapannya yang benar merubah padahal justru salah.
 Berdasarkan penjelasan tersebut berarti kalimat yang baku adalah: Kamu harus mengubahnya menjadi lebih baik.

MeN-+contek

Belajarlah yang rajin jangan hanya menyontek hasil jawaban teman!
Belajarlah yang rajin jangan hanya mencontek hasil jawaban teman!

Kedua kalimat tersebut serupa namun tidak sama. Kira-kira mana yang baku? Yang menggunakan kata menyontek atau mencontek?

Awalan me-N menjadi men- kalau dirangkai dengan kata yang diawali huruf d, c, j, misalnya mendapat, mencuci, menjaring. Mari kita perhatikan contoh kata lain.
meN- + cibir = mencibir
meN- + cabut = mencabut
meN- + cari = mencari
meN- + cubit = mencubit
meN- + coba = mencoba

 Nah cukup jelas bukan bahwa yang benar dan baku adalah kata mencontek. Berarti kalimat yang baku ada pada kalimat kedua: Belajarlah yang rajin jangan hanya mencontek hasil jawaban teman!

Penggunaan Imbuhan Dalam Gabungan Kata

Penggunaan imbuhan dalam gabungan kata masih sering terjadi kesalahan. Jika imbuhan hanya di awalan atau di akhiran saja maka penulisan gabungan kata tadi tetap dipisah. Namun jika gabungan kata tadi mendapat imbuhan awalan dan akhiran maka penulisannya digabung. 
Contoh: bertanda tangan, tercerai berai, dialihbahasakan, menandatangani, menitikberatkan.

menitik beratkan (salah)
menitikberatkan (benar)
Bertanggungjawab (salah)
Bertanggung jawab (benar)

Penggunaan Tanda Baca Koma

 Kesalahan yang sering terjadi yang harus jadi perhatiaan adalah penggunaan tanda koma yang tidak pada tempatnya, misalnya, kalimat yang panjang lebar namun sebenarnya jika diamati terdiri dari beberapa kalimat. Hanya karena menggunakan tanda koma bukan tanda titik akhirnya kalimat itu terkesan panjang dan dianggap satu kalimat. Padahal seharusnya tanda itu diwakili oleh tanda titik karena sudah menjadi sebuah kalimat yang utuh. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya belajar tentang kalimat, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik.

Salah Ketik

Salah ketik merupakan hal yang bisa saja terjadi. Apalagi kita masih belum hafal letak huruf di keyboard. Kesalahan juga bisa terjadi karena sistem di komputer yang otomatis mengubah kata-kata tertentu sehingga tidak sesuai dengan yang kita ketikkan. Kesalahan ini bisa segera diatasi dengan mengubahnya langsung setelah satu kata berikutnya diketikkan untuk menghindari banyak kesalahan atau dibiarkan dulu baru diedit belakangan.

Salah Menulis Istilah atau Kata Asing
Mungkin terkadang kita tidak paham cara penulisan beberapa istilah dan kata-kata dari bahasa asing. Sangat disayangkan jika tulisan kita bagus namun penggunaan kata-kata istilah dan bahasa asing masih terdapat kesalahan. Jika saat mengedit masih merasa ragu benar atau tidaknya, kita bisa searching di google bagaimana penulisan yang tepat atau melihatnya di kamus. Biasanya font kata asing dicetak miring.

Dengan melakukan self editing, tulisan kita lebih rapi dan editor penerbit akan lebih cepat merespons tulisan tersebut. Mungkin bagi pemula hal ini terkadang masih membuat bingung. Namun dengan semakin sering membaca dan menulis, kita akan semakin terlatih menulis dengan baik dan benar.

Ciri Naskah Siap Terbit

Naskah buku disebut siap terbit jika naskah sudah selesai ditulis dari bab awal sampai bab akhir dilengkapi kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka, daftar istilah (jika perlu), daftar indeks (bila perlu), ucapan terima kasih (jika perlu), biodata, dan lampiran (bila perlu). Naskah harus diedit sehingga buku siap diajukan ke penerbit.

Membuat kata pengantar

Isinya mengantarkan pembaca mengetahui garis besar isi buku dan manfaat membaca buku tersebut.
Membuat daftar isi sebagai kerangka buku
Daftar isi memudahkan pembaca mendapatkan gambaran isi buku secara keseluruhan.

Masih ada perbedaan pendapat tentang ini. Jika berdasarkan proses morfologinya harusnya mengaji. Tapi mengaji sudah mempunyai makna mengaji untuk alqur'an. Sedangkan mengkaji yang dimaksud sebagai kegiatan untuk kajian. Duanya masih bisa dipakai.

Mencantumkan daftar pustaka/referensi
Pada saat menyusun buku, kita membutuhkan berbagai sumber bacaan untuk dijadikan rujukan. Sumber bacaan tersebut harus ditulis dalam daftar pustaka.

Hal-hal yang perlu ditulis dalam daftar pustaka yaitu:
1. Nama pengarang (Na)
2. Tahun terbit (Ta)
3. Judul buku (Ju)
3. Tempat penerbitan (Tem)
4. Penerbit (Pe)

Untuk memudahkan menghafal menulis urutan penulisan daftar pustaka yaitu dengan singkatan NaTaJuTemPe. Susunan daftar pustaka terdiri dari: Nama, tahun, judul, tempat, penerbit.
Contoh: Moeliono, Anton, 1984. Santun Bahasa. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Nama penulis ditulis nama belakang dahulu baru nama depan jika terdiri dari dua kata atau lebih. Pemisahnya menggunakan tanda koma, sedangkan pemisah antara bagian-bagian daftar pustaka dengan tanda titik. Setelah tempat menggunakan tanda titik dua baru diikuti nama penerbit. Penulisan judul buku dengan huruf miring atau diberi garis bawah dan tidak memerlukan tanda petik.

Daftar bacaan pasti lebih dari satu. Cara penyusunannya urut berdasarkan alfabetis. 

Contoh:
Badudu, J.S.1994. Pintar Berbahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Moeliono, Anton. 1984. Santun Bahasa. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Tojiby, Fikriyah Achmad. 2000. Teknik Menulis Karya Tulis. Bandung: Al Fikri

Jika penulis buku lebih dari satu, penulisan nama yang dibalik hanya pengarang pertama.

Mencantumkan indeks (bila perlu)
Indeks penting dicantumkan jika buku yang dibuat sangat tebal sehingga memudahkan pembaca mencari point-point penting.

Menambahkan daftar istilah (bila perlu)
Bila diperlukan, penulis bisa menambahkan daftar istilah yang tidak bisa dialihbahasakan ke bahasa Indonesia.

Membuat ucapan terima kasih (bila perlu)

Ucapan terima kasih tidak harus ada. Ucapan terima kasih dibuat jika dalam penulisan ini didampingi, diberi testimoni, atau memerlukan proses yang melibatkan berbagai pihak. Singkat, praktis dan tidak lebay.

Menulis biodata

Biodata penulis sangat penting dengan disertai foto terbaru. Hal-hal yang ditulis antara lain nama, pendidikan, buku yang sudah ditulis, dan alamat kontak. 

Lampiran

Bila ada hal-hal yang tidak bisa dimuat dalam daftar isi bahasan buku, maka bisa dicantumkan dalam lampiran. Misalnya peta wilayah, hasil penelitian, surat keputusan, dan lain-lain.

Manfaat Edit Naskah

Kemampuan edit naskah akan sangat bermanfaat bagi kita terutama penulis. Dengan menghasilkan tulisan yang sudah bagus dari segi penyajian, ejaan, tanda baca, dan pilihan kata, kita akan lebih percaya diri mengirimkan naskah buku kita ke penerbit yang kita kehendaki baik penerbit mayor maupun penerbit indie. 

Penerbit akan lebih mempertimbangkan untuk menerima naskah kita yang bahasanya menggunakan kalimat yang efektif dan enak dibaca, terlebih lagi sudah bagus penggunaan Ejaan Bahasa Indonesiannya.

Kalau untuk artikel populer yang mau dikirim ke koran atau untuk buku berjamaah kita tidak perlu daftar pustaka jadi seandainya ada rujukan, sebisa mungkin sudah tercantum dalam tulisan kita.

Kalimat efektif itu singkat, padat, dan jelas. Tidak bertele-tele.

Memahami kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, campuran dan bertingkat. Tidak harus paham maknanya juga. Yang terpenting tidak berlebihan dalam penggunaan kata. Misalnya penggunaaan subjek yang diulang2. Padahal sebenarnya bisa diganti dengan kata ganti orang ketiga atau dengan kata rujukan ini, itu,  atau nya.

Belajar Menggunakan Kalimat Efektif

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran penulis. Kalimat efektif itu tidak bertele-tele, tidak menjelaskan ulang sesuatu yang sudah jelas, tidak ambigu, sistematis, dan sesuai Ejaan Bahasa Indonesia.

Ciri Kalimat Efektif

Untuk membuat kalimat efektif, kita perlu memahami ciri-cirinya. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain:
Kesepadanan Struktur
Kesepadanan struktur itu meliputi kelengkapan struktur kalimat dan penggunaannya. 

Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Kalimat minimal terdiri dari subjek dan predikat

Kata depan tidak diletakkan di depan subjek

Contoh kalimat:
Bagi para undangan, diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)

Para undangan diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

Tidak menggunakan subjek ganda 
Contoh kalimat: 

Ketika aku pulang ke rumah, aku lihat adik sedang tidur. (tidak efektif)

Ketika pulang ke rumah, aku lihat adik sedang tidur. (efektif)

Kehematan Kata

Kalimat efektif itu tidak bertele-tele dan bisa dibilang hemat penggunaan kata. Contohnya penggunaan kata jamak dan sinonim.

Kata jamak

Para siswa-siswi sedang berkumpul di lapangan. (tidak efektif)

Siswa-siswi sedang berkumpul di lapangan. (efektif)

Para merujuk pada pengertian jamak sedangkan siswa-siswi juga sudah menunjukkan jamak maka kalimatnya menjadi tidak efektif. Supaya efektif maka harus dipilih salah satu saja untuk menunjukkan jamak.

Kata sinonim

Ketika masuk ke dalam rumah, aku melihat adik sedang tidur. (tidak efektif)
Ketika masuk ke rumah, aku melihat adik sedang tidur. (efektif)

Kata masuk dan ke dalam memiliki arti yang sama sehingga berlebihan dan harus dihilangkan salah satu yang tidak penting kedudukannya dalam struktur kalimat. Predikat lebih penting dibandingkan keterangan maka yang dipakai adalah kata masuk yang memiliki fungsi predikat.

Kesejajaran Bentuk

Kesejajaran di sini yang maksud adalah penggunaan kata berimbuhan yang pararel dan konsisten.

Contoh: 
Hal yang perlu diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)

Hal yang perlu diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif)

Ketegasan Kalimat

Subjek tidak selamanya ada di awal kalimat, predikat pun boleh diletakkan di awal kalimat untuk menegaskan kalimat. 

Contoh:
Kamu sapulah halaman rumah secepatnya! (tidak efektif)

Sapulah halaman rumahmu secepatnya! (efektif)

Kelogisan Kalimat

Kelogisan kalimat berperan untuk menghindari kesan ambigu dalam kalimat.

Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilakan. (tidak efektif)

Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya. (efektif)

Lima Kesalahan Akibat Kalimat Tidak Efektif

Menurut Isa Alamsyah, ada lima kesalahan akibat kalimat tidak efektif, atara lain:

1. Menjelaskan yang sudah ada

Seringkali penulis menjelaskan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas. Pemborosan kata ini memberi kesan bertele-tele dan berlebihan. 

Contoh: 
Aku maju ke depan. (tidak efektif karena maju pasti ke depan)
Aku maju. (efektif)

2. Menjamakkan yang sudah jamak

Menjamakkan kata yang sudah jamak akan membuat penulis terkesan tidak mengerti tata bahasa.

Contoh:
Saya melihat banyak ikan-ikan di sungai. (tidak efektif)
Saya melihat banyak ikan di sungai. (efektif)

3. Mengulang keterangan yang sudah diterangkan

Mengulang keterangan yang sudah jelas membuat kalimat tidak efektif.

Contoh:
"Kamu mau ke mana?" tanyanya kepadaku ke mana aku pergi. (tidak efektif)
"Kamu mau ke mana?" tanyanya.

4. Berlebihan menggunakan tekanan

Tekanan tambahan dalam kalimat jika berlebihan akan menimbulkan kesan lebay.

Contoh:
"Aduh kamu baik sekali, sangat amat banyak terima kasih banget, ya!" (tidak efektif)

"Aduh, kamu baik sekali, terima kasih ya!" (efektif)

5. Tidak selektif, efektif, dan bertele-tele.

Tidak selektif dalam memilih kata akan mengakibatkan tulisan jadi bertele-tele. Penulis harus mampu menyeleksi mana kata yang harus dipertahankan dan mana kata yang harus dibuang.

Iya itu yang membuat pembaca malas membaca tulisan kita atau malas untuk melanjutkan membaca. Memang perlu proses bu Erza. Kita akan tahu setelah tulisan kita jadi. Penulis terkenalpun awal bukunya juga pasti ada yang begitu, dan itu akan menjadi pembelajaran bagi si penulis untuk lebih baik lagi.

Kritik dan saran pembaca akan memjafi cambuk untuk lebih baik lagi. Tak masalah orang lain mengkritik, yang terpenting karya nyata sudah ada.

Mulai tulis apapun yang ibu pikirkan. Jangan hanya dipikirkan memulai dari mana. Dari sudut pandang mana saja yang terbersit dipikiran, itulah yang ditulis.

Tentukan ide-ide pokok yang mau ditulis pak. Satu ide pokok buat satu paragraf. Ide pokok tadi bisa diperluas menjadi  kalimat bisa diletakkan di awal paragraf atau di akhir paragraf. Kembangkan dengan penjelasan-penjelasan lain di kalimat berikutnya. Maka jadilah sebuah paragraf. Untuk mempermudah membuat kalimat penjelas gunakan kata kunci yang ada di kalimat utama yang ada ide pokoknya tadi. Ulangi atau gunakan kata ganti untuk kata kunci tadi.

Misalnya: ide: menulis masih dianggap sulit

Menulis masih dianggap sebuah kegiatan yang sulit menurut beberapa guru. Menurut mereka, mengawali tulisan itu yang paling sulit. Mau memulai dari mana dan dengan kata apa. Mereka juga merasa takut tulisannya jelek dan tidak berbobot.

Kalau saya tidak memakai footnote. Kalau bukunya tebal dan banyak istilah asing mungkin memerlukannya. Silakan saja. Tapi agak ribet menurut saya. Sistem layoutnya nanti bagaimana saya juga belum paham. Itu harus koordinasi fengan penerbit jika ada footnote supaya layoutnya bagus.

Yang sudah punya naskah buku, bisa mengajukan ke saya kalau mau saya edit. 200rb. Biaya paket penerbitan 350rb dengan fasilitas sampul, isbn, dan layout. Dapat 5 buku (3 untuk perpusnas dan perpusda, 2 bukti terbit). Biaya cetak berdasarkan tebal buku dan jumlah pemesanan. Minimal cetak 10 buku.

Waktunya untuk kesimpulan dari bu Nurus dari materi yang super kreatif dan super efektif... ☺️

Simpulan. Edit naskah sangat penting dikuasai oleh seorang penulis. Menulislah sambil belajar kebahasaan sehingga bisa mengedit naskah sendiri. Jika belum bisa serahkan pada ahlinya saja. Yang terpenting menulis terus jangan takut salah dan kurang menarik. Biarkan itu mengalir dengan sendirinya. Nanti akan indah pada akhirnya.

Kepada Beliau, kami persilakan, juga boleh.  Kalau waktu dan tempat yang dipersilakan itu yang salah. Yang dipersilakan itu orangnya bukan waktu atau tempatnya.

Mohon maaf jika ada kesalahan atau kekurangan.

Luar biasa... 
Apa yang kita usahakan sekarang akan kita nikmati nantinya.. 

Jazakallahukhairankatsira bu Nurus.. 
Semoga ilmunya yang super dahsyat ini dibalas pahala oleh Allah SWT.. 
Dan kegiatan bu Nurus semuanya dimudahkan... 😃
BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama