Wanita adalah Perkasa

Wanita adalah Perkasa

Kisah 1

Saya mungkin Desember akan ada di Australia. Biasa, kunjungan rutin. Anak saya yang pertama sudah permanent resident di sana. Jadi setiap tahun pasti gak dua kali saya berkunjung ke sana. Sedangkan anak kedua saya ada di Kelapa Gading. Pernah menjadi dosen di salah satu kampus daerah Kebun Jeruk, tetapi sekarang sudah berhenti dan fokus mengembangkan bisnis konsultan.


Jadi tiap hari saya sendirian di rumah. Makanya saya orangnya tidak bisa diam. Selalu mencari kesibukan. Apalagi sejak menginjak usia pensiun kira-kira 3 tahun yang lalu. Kerjaan saya yah itu, banyak reuninya.


Saya sudah menjadi single parent 21 tahun yang lalu. Suami saya meninggal saat anak bungsu saya baru berusia 6 tahun. Jadi selama itulah saya berjuang untuk membesarkan anak-anak saya sendirian. Jatuh bangun, banting tulang, belajar sana-sini demi anak-anak. Beruntung saya mempunyai kemampuan sehingga bisa berkarir di salah satu bank. Saya mengabdi selama lebih dari 20 tahun sampai pensiun. Melihat hasil dari perjuangan saya di mana kedua anak saya sudah bisa mandiri, saya merasa puas dan bangga. Tidak sia-sia, dan saya bahagia dengan hidup saya sekarang.


Kisah 2

Sudah memasuki tahun ke-5, suami saya tidak bisa bangun dari tempat tidur karena stroke. Suami saya kena stroke bukan karena pola makan, tetapi karena ada kelainan di jantung, bawaan sejak lahir. Dan rupanya bawaan ini ditularkan ke putri bungsu saya juga. Sempat 2 tahun lalu dia kena stroke. Tetapi beruntung cepat ditangani, jadi putri saya bisa sembuh total. Tidak kelihatan tanda-tanda dia pernah kena stroke.


Waktu suami saya kena stroke, pasti merasa terpukul. Kebimbangan, kecemasan, dan ketakutan menghantui saya. Terlebih setelah mengetahui suami saya lumpuh total, tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Bayangan suram akan masa depan muncul dengan cepat.


Tetapi apakah saya menyerah begitu saja? Tentu saja tidak. Saya tidak mau kalah dengan percobaan ini. Makanya saya tetap berjuang untuk orang-orang yang saya cintai. Saat ini suami saya sudah di rumah. Saya siapkan kamar khusus, lengkap dengan peralatan medis dan suster yang standby 24 jam. Supaya suami saya tidak merasa kesepian yang ujungnya mematahkan semangat dia, saya selalu buat suasana rumah meriah. Setiap pagi saya buka pintu kamar suami saya lebar-lebar, setel suara-suara baik itu televisi maupun radio, supaya suami saya tetap merasakan adanya kehidupan di rumah.


Banyak yang kasihan melihat kondisi suami saya, yang sebagian orang mengistilahkannya sebagai 'tumbuhan hidup', yang artinya punya kehidupan tetapi tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Tetapi saya tetap melihat suami saya sebagai orang yang paling ganteng yang pernah saya miliki. Saya tetap...
BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama