Bagi saya pertemuan itu begitu menyehatkan dan banyak memberi inspirasi. Bagi saya, salah satu ide dan inspirasi untuk bahan menulis adalah banyak bersilaturahmi. Dengan silaturahmi, kita akan banyak berkah yang didapat. Tidak saja memperpanjang hubungan dengan orang-orang yang kita kunjungi. Tapi, dari silaturahmi juga banyak ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan. Selain itu, ide dan inspirasi menulis itu didapat dari kegiatan membaca dan merenungi fenomena alam.
Menulis Itu Menyehatkan
Pada acara workshop menulis itu, begitu antusias temen-temen untuk bisa menulis buku dan artikel kesehatan. Bagi saya, hal itu merupakan sesuatu yang positif. Sebab, menulis itu, baik menulis artikel maupun menulis buku itu sesuatu yang menyehatkan. Hal ini, sejalan dengan hasil studi dari Karen Baikie, seorang clinical psychologist dari University of New South Wales dan hasil studi peneliti dari Universitas Texas, James Pennebaker, menunjukkan bahwa di antara manfaat menulis adalah bagian dari terapi kejiwaan.
Lebih jauh, menurut Karen Baikie, menulis itu tidak ada batasan usia. Lagi pula, menuliskan peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental. Arti lainnya, kita akan merasakan berkurang beban dalam pikiran setelahnya permasalahan atau problema yang ada dalam diri kita dituangkan lewat media tulisan.
Untuk itu, bisakan kita menulis secara rutin agar syaraf-syaraf ketrampilan menulis kita semakin terasah dan tentunya menyehatkan. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari para ulama jaman dulu yang begitu produktif menulis. Lewat menulislah, ilmu-ilmu para ulama itu tidak lekang oleh waktu. "Nyawa dan Ruh" pemikirannya menjadi langgeng sampai saat ini.
Dalam hal ini, kita bisa belajar tulis menulis dari para ulama. Sebagai contoh, adalah Imam Syafi’i. Beliau menulis di atas pelepah kurma, tulang unta, bebatuan dan kertas yang dibuang orang. Sampai suatu saat kamarnya penuh sesak dengan benda tersebut dan tidak dapat menjulurkan kakinya ketika tidur. Akhirnya, beliau menghafal semua catatan dan benda-benda tersebut dikeluarkan dari kamar. Karyanya yang terkenal adalah Al-Umm dan Ar-Risalah. Abu Manshur Muhammad bin Husain, akibat kondisi beliau yang miskin, maka ia menulis pelajaran dan mengulangi bacaannya di bawah cahaya rembulan.
Selain itu, ada Imam Al-Bukhari tidur di atas tikar, bila terlintas di benaknya sebuah masalah, beliau bangun dari tidur, mengambil korek api dan menyalakan lampu, kemudian menulis hadits dan memberinya tanda. Hal ini bisa beliau lakukan 15 sampai 20 kali dalam satu malam. Semangat membara inilah yang melahirkan kitab monumental Shahih Bukhari, yang ditulis selama 16 tahun.
Itulah beberapa contoh yang bisa ditiru kebaikannya bagi kesuksesan dunia kepenulisan kita. Lewat menulislah aktualisasi dan keilmuan kita diakui oleh orang lain. Yang lebih penting lagi, keberkahan menulis itu menjadi ladang alam bagi kebaikan diri para penulis.
Lalu, bagaimana menulis artikel kesehatan yang menyehatkan? Jawabnya, menulislah topik-topik kesehatan yang kita butuhkan. Dengan menulis topik kesehatan tersebut, maka kebutuhan informasi kesehatan diri kita terpenuhi dan orang lain menjadi tercerahkan. Kuncinya, agar kita menjadi sehat dengan menulis artikel kesehatan adalah dengan cara mengamalkan isi dari apa-apa ilmu yang kita tulis itu dalam kehidupan keseharian. Yuk...menulis, maka sehatlah diri Anda!***
Arda Dinata, Penulis, Pemateri dan Motivator Teknik Penulisan Artikel Kesehatan.