"Kekuasaan itu sejatinya terbatas. Kekuasaan lahir bukan untuk menguasai, tapi untuk mendewasakan diri. Kekuasaan itu yang membangun diri agar menjadi lebih bijaksana. Dan sifat takutlah yang membuatnya kehilangan kekuasaan." ~Arda Dinata~
Kekuasaan, menurut laman Wikipedia bahasa Indonesia, adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh[1] [2] atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah/dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan.
* *
Berbicara kekuasaan ini, saya teringat apa yang dikatakan John Steinbeck berikut ini, "Kekuasaan tidak bisa korupsi. Rasa ketakutanlah yang melakukannya, yakni ketakutan akan kehilangan kekuasaan itu."
Saya kira pernyataan itu, sangat pas untuk kita renungi. Sejatinya, keberadaan kekuasaan itu apa pun bentuknya tidak akan melakukan tindakan korupsi. Hanya akibat rasa ketakutan yang ada dalam hati mereka yang sedang berkuasalah yang sesungguhnya menjadi penyebab mereka melakukan tindakan korupsi.
Ketakutan itu sendiri muncul dari hilangnya sesuatu dalam dirinya. Baik menyangkut apa yang sudah dirasakannya selama ini, sesuatu yang sudah dinikmatinya, atau pun sesuatu yang membuat nyaman kehidupan kesehariannya.
Berikut ini merupakan paparan dari Wikepedia Indonesia seputar masalah ketakutan itu, sebagai penguat dari materi bahasan kali ini. Pada laman itu diuraikan kalau Ketakutan itu adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Ketakutan harus dibedakan dari kondisi emosi lain, yaitu kegelisahan, yang umumnya terjadi tanpa adanya ancaman eksternal. Ketakutan juga terkait dengan suatu perilaku spesifik untuk melarikan diri dan menghindar, sedangkan kegelisahan adalah hasil dari persepsi ancaman yang tak dapat dikendalikan atau dihindarkan.
Perlu dicatat bahwa ketakutan selalu terkait dengan peristiwa pada masa datang, seperti memburuknya suatu kondisi, atau terus terjadinya suatu keadaan yang tidak dapat diterima. Dalam sebuah artikel numerologi, sifat takut adalah dasar. Di lain pihak orang dengan sifat dasar (takut , khawatir, cemas ) tidak menyukai perubahan dan rasa takutnya bisa merusak keadaan yang telah ada .
Bahaya kekhawatiran adalah pandangan terhadap keadaan dan persepsi yang tidak ia sukai harus ia ikuti. Di lain pihak, sudah tidak ada kemampuan karena usia dan kelemahan kecuali dengan dukungan dan bantuan orang lain dan pihak lain. Rasa takut harus diatasi dengan menjalin dukungan dan hubungan, diplomasi dengan pihak pihak yang dipercaya dan dibutuhkan. Membangun sebuah struktur kemampuan dan manajemen antisipasi juga membangun sebuah struktur perisai.
Ketakutan dapat diatasi dengan teknologi dan ilmu pasti. Kecepatan mobil sudah bisa diprediksi kekuatannya dengan perhitungan disain mobil yang akurat dan tepat. Halilintar dan Jet Coaster di tempat wisata telah terhitung dengan matang sehingga menjamin tidak ada korban. Yang menarik adalah rasa takut yang ditimbulkan oleh ketakutan menaiki gondola atau kereta gantung dan ketakutan atas adanya ancaman harimau itu sama. Ketakutan akan krisis ekonomi dan ketakutan atas jatuh dari ketinggian adalah hal yang sama.
Akhirnya, adanya rasa ketakutan itulah yang harus disadari para pemegang kekuasaan. Sebab, itulah sumber pertama yang menyebakan mereka melakukan tindakan-tindakan koruptif. Bagaimana menurut Anda?
Salam Inspirasi sukses berkah selalu...
Arda Dinata
www.ArdaDinata.com
Penulis adalah Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam Indonesia (MIQRA) Indonesia, www.MiqraIndonesia.com