Perilaku seseorang, sejatinya masih dapat kita rubah walaupun perlu waktu yang lama. Hal ini, berpulang dari banyak faktor, seperti tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, kebiasaan masyarakat, motivasi untuk berubah, dan lainnya. Di sini, yang jelas perilaku itu merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Atas dasar ini, maka perilaku dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Meskipun perilaku itu merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun dalam memberikan responsnya sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan.
Pertama, pengetahuan(knowledge). Dikatakan Bloom bahwa pengetahuan itu merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan itu akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Kedua, sikap (attitude). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap ini, juga dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi tiap individu.
Ketiga, praktek atau tindakan (practice). Pada tataran ini, terminologinya dapat digambarkan bahwa suatu sikap belum pasti terwujud dalam suatu tindakan. Di sini, untuk mewujudkan suatu sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Baru kemudian, setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tentang kesehatan, mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui atau disikapinya, sbarulah akan terbentuk suatu tindakan.
Dengan memahami pola perubahan perilaku di atas, maka sudah seharusnya upaya membangun gaya hidup sehat cegah DBD itu kita tempatkan pada koridor ketiga ranah perubahan perilaku tersebut. Apalagi, seperti diungkap di awal tulisan bahwa berdasarkan teori Blum, perilaku ini merupakan faktor terbesar kedua yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah gaya hidup sehat agar terhindar dari DBD. Oleh karena itu, langkah intervensi terhadap faktor perilaku ini sangat strategis dan tepat dalam rangka meningkatkan dan membina kesehatan masyarakat untuk menanggulangi DBD.
Adapun bentuk intervensi yang dapat kita lakukan, diantaranya berupa pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan dalam hal faktor kesehatan lingkungan rumah dan sekitarnya; perilaku individu dan masyarakat sekitarnya dalam mencegah DBD; ketersediaan dan keterjangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan dan hereditas. Yakni, para orang tua agar menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka.
Kalau kita cermati dari empat faktor tersebut, maka sebenarnya masing-masing faktor tersebut terkait dengan perilaku manusia, misalnya: perilaku masyarakat dalam menyikapi dan mengelola lingkungannya; perilaku masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya; perilaku masyarakat dan petugas kesehatan dalam menyikapi dan mengelola fasilitas atau pelayanan kesehatan, kesadaran, dan praktek hidup sehat dalam mewariskan status kesehatan bagi anak atau keturunannya.
Akhirnya, untuk merubah perilaku masyarakat menuju gaya hidup sehat cegah DBD, formulanya adalah mempunyai pengetahuan tentang pencegahan DBD, memiliki kesadaran dan sikap yang positif untuk melakukan tindakan pencegahan DBD. Formula inilah yang harus dilakukan sesuai bahasa masyarakat setempat, agar perubahan gaya hidup untuk mencegah DBD ini benar-benar efektif dan multiguna. Pokoknya, penyakit DBD bisa dicegah melalui gaya hidup sehat ”ala bisa karena biasa” cegah DBD.***
Arda Dinata adalah Peneliti Kesehatan dan Penulis Buku "BERSAHABAT DENGAN NYAMUK: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber Nyamuk."
'new, bersahabat dengan nyamuk, nyamuk, umur nyamuk, morfologi nyamuk, klasifikasi nyamuk, nyamuk aedes aegypti, nyamuk demam berdarah, nyamuk anopheles, nyamuk chikungunya, nyamuk malaria, nyamuk kaki gajah, filariasis, je, penyakit nyamuk, penyakit nyamuk cikungunya, pengertian nyamuk, hindari penyakit nyamuk, demam berdarah nyamuk, nyamuk baru, reperensi penyakit nyamuk, akibat nyamuk, obat nyamuk, nyamuk blog, mosquito, anti mosquito, mosquito trap, mosquito sound, jurnal nyamuk, jurnal nyamuk aedes aegypti, jurnal pengendalian nyamuk, jurnal nyamuk cuex, nyamuk lingkungan, jurnal pengendalian nyamuk, nyamuk psn, jurnal nyamuk search, jurnal larva, aspirator, aspirator nyamuk, insect aspirator, vektor nyamuk, vektor nyamuk culex, struktur vektor nyamuk, vektor nyamuk anopheles, jurnal pengendalian vektor nyamuk, vektor nyamuk filariasis, pengertian vektor nyamuk, artikel vektor nyamuk, contoh vektor nyamuk, buku nyamuk, anatomi nyamuk, tanaman pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk dalam rumah, tanaman pengusir nyamuk blog, tanaman hias pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk paling ampuh, jual tanaman pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk alami, herbal, tompen, tanaman obat, lavender, zodia, wisata ilmiah nyamuk, musium nyamuk, insektarium nyamuk, tompen nyamuk, darah nyamuk'