Acara Turun Karai Etnik Pesisir Barus Tapanuli Tengah, Mengenalkan Anak Pada Rumah Allah
Tradisi Turun Karai ini hampir dilakukan oleh masyarakat yang tinggal disetiap kecamatan yang ada di daerah Etnik Pesisir Barus Tapanuli Tengah. Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak abad ke sepuluh Masehi sampai sekarang.
Menurut Sjawal Pasaribu (2014), tradisi Turun Karai ini adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah secara berkala dan pada waktu tertentu dalam ruang lingkup kehidupan berkeluarga. Tradisi Turun Karai tersebut sampai sekarang masih terus dilakukan karena memiliki nilai yang sangat fundamental di tengah-tengah kehidupan masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah.
Bagi masyarakat yang melakukan adat Turun Karai ini, tentu merasa bangga. Walaupun bukan berarti kegiatan ini menggambarkan strata tingkat ekonomi masyarakat. Sebab, tradisi ini sangat kental dengan unsur keagamaan dan memiliki arti penting dalam membina mental spritual anak. Apalagi dalam setiap tahapan pelaksanaannya didasarkan pada tutunan agama Islam, yaitu aqiqah.
Hal ini seperti diakui oleh ibu Dosma yang cucunya melakukan adat tersebut. “Saya senang, bisa melaksanakan adat Turun Karai ini, agar cucu saya didoakan menjadi anak yang optimis, berguna buat negara, bangsa dan agama serta berbakti kepada ibu bapaknya. Acara Turun Karai ini pun sekalian dengan acara aqiqahan.” Ungkap Ibu Dosma, yang sehari-hari ini bekerja sebagai guru.
Dengan kata lain, adat Turun Karai ini merupakan adat mengenalkan bayi kepada tempat ibadah dan dunia luar. Adat Turun Karai ini dilakukan setelah bayi berumur 40 hari dan si ibunya sudah bersih dari nifas. Jadi, kondisi ibu dan bayi sudah bersih dari hadas.
Arda Dinata
http://www.tiptrikarda.blogspot.com