Kesalahan Umum Penulis Pemula: Pelajaran yang Harus Dipelajari

Kesalahan Umum Penulis Pemula: Pelajaran yang Harus Dipelajari. Setiap kesalahan adalah guru yang membawa kita menuju perbaikan. (Sumber foto: FB Arda Dinata).

Oleh: Arda Dinata

PRO BLOG MENULIS - Malam itu, aku duduk di depan layar komputer, menatap halaman kosong yang belum juga terisi. Jariku melayang di atas keyboard, tapi tak ada satu kata pun yang berani muncul. Aku menghela napas, mencoba melawan suara dalam kepalaku yang berkata, "Jangan menulis jika belum sempurna."

Aku pernah berpikir bahwa menulis harus selalu indah, setiap kalimat harus mengalir dengan sempurna, dan setiap kata harus tersusun rapi. Tapi semakin aku mengejar kesempurnaan, semakin aku merasa tidak bisa menulis apa pun. Aku lupa bahwa menulis bukan tentang menciptakan sesuatu yang sempurna sejak awal, tetapi tentang berani menuangkan pikiran dan memperbaikinya seiring waktu.

Dan di situlah aku sadar: menjadi seorang penulis bukan tentang menghindari kesalahan, tetapi tentang belajar dari setiap kesalahan yang kita buat.

Banyak penulis pemula yang terjebak dalam jebakan yang sama. Mereka takut membuat kesalahan, padahal justru dalam kesalahan itulah kita menemukan pelajaran berharga. Lalu, apa saja kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis pemula? Dan bagaimana cara menghindarinya?

1. Takut Menulis Karena Ingin Sempurna

Ini adalah kesalahan terbesar yang pernah kulakukan: menunggu sampai tulisan terasa sempurna sebelum berani memulainya.

Aku sering kali menghapus paragraf yang baru saja kutulis hanya karena merasa tidak cukup bagus. Aku takut kalau tulisanku tidak menarik, takut kalau orang-orang tidak menyukainya. Aku menunggu inspirasi datang dengan sempurna, padahal inspirasi bukan sesuatu yang selalu hadir dengan sendirinya—ia harus dicari, ia harus diciptakan.

Dan aku belajar satu hal: kesempurnaan adalah musuh terbesar seorang penulis.

Tidak ada tulisan yang sempurna di awal. Bahkan karya terbaik pun berawal dari draft yang berantakan. Kuncinya adalah mulai menulis, biarkan ide mengalir, dan perbaiki kemudian.

Solusi:

  • Jangan menilai tulisanmu saat masih dalam proses. Biarkan mengalir.
  • Ingat, draf pertama bukan untuk sempurna, tetapi untuk menuangkan ide.
  • Selesaikan dulu tulisanmu, baru edit dan revisi nanti.

2. Terlalu Banyak Menggunakan Kata-Kata Berlebihan

Dulu, aku berpikir bahwa semakin rumit kata-kataku, semakin indah tulisanku. Aku menambahkan banyak kata-kata berbunga, metafora yang panjang, dan kalimat yang berbelit-belit.

Tapi, yang terjadi justru sebaliknya—tulisanku menjadi sulit dipahami. Pembaca merasa lelah, mereka kehilangan pesan utama yang ingin kusampaikan.

Aku akhirnya menyadari bahwa kekuatan sebuah tulisan bukan terletak pada keindahan kata-kata yang berlebihan, tetapi pada kemampuannya untuk menyampaikan pesan dengan jelas.

Solusi:

  • Gunakan bahasa yang sederhana, tetapi tetap kuat dalam makna.
  • Kurangi kata-kata yang tidak perlu. "Dia berjalan perlahan dengan langkah yang sangat lambat" bisa cukup menjadi "Dia berjalan perlahan."
  • Fokus pada kejelasan, bukan pada keindahan yang berlebihan.

3. Mengabaikan Riset dan Fakta

Seorang penulis adalah seorang pencari kebenaran.

Dulu, aku pernah menulis sesuatu hanya berdasarkan intuisi, tanpa melakukan riset lebih dulu. Aku menulis dengan percaya diri, tapi ketika ada pembaca yang mengoreksi fakta dalam tulisanku, aku merasa malu. Aku sadar bahwa menulis tanpa riset adalah seperti membangun rumah tanpa pondasi.

Sebagai penulis, kita bertanggung jawab atas setiap informasi yang kita bagikan. Kesalahan kecil dalam fakta bisa mengurangi kredibilitas kita.

Solusi:

  • Lakukan riset sebelum menulis, terutama jika tulisannya berbasis data atau sejarah.
  • Gunakan sumber yang terpercaya dan jangan hanya mengandalkan satu referensi.
  • Jika menulis fiksi, tetap lakukan riset agar ceritamu terasa nyata dan meyakinkan.

4. Tidak Konsisten dalam Menulis

Aku pernah berjanji pada diri sendiri untuk menulis setiap hari. Tapi, seperti kebanyakan janji yang dibuat di awal tahun, itu hanya bertahan selama seminggu.

Hari-hari berlalu tanpa aku menyentuh pena atau keyboard. Dan semakin lama aku menunda, semakin sulit rasanya untuk kembali menulis. Aku sadar bahwa konsistensi adalah kunci utama untuk berkembang sebagai seorang penulis.

Menulis bukan tentang menunggu momen inspirasi, tetapi tentang membangun kebiasaan.

Solusi:

  • Tetapkan jadwal menulis, meskipun hanya 15 menit sehari.
  • Jangan menunggu inspirasi datang, karena inspirasi sering kali muncul setelah kita mulai menulis.
  • Buat target realistis, misalnya menulis satu artikel setiap minggu atau satu cerita pendek setiap bulan.

5. Takut Menerima Kritik

Saat pertama kali seseorang mengkritik tulisanku, aku merasa hancur. Aku merasa bahwa aku gagal, bahwa aku tidak cukup baik.

Tapi kemudian aku sadar, kritik bukanlah sesuatu yang harus ditakuti—ia adalah bahan bakar untuk berkembang.

Tanpa kritik, kita tidak akan tahu bagian mana yang perlu diperbaiki. Tanpa umpan balik, kita akan terus terjebak dalam kesalahan yang sama.

Seorang penulis yang hebat bukanlah yang tidak pernah dikritik, tetapi yang mampu belajar dari setiap kritik yang diterimanya.

Solusi:

  • Terima kritik dengan pikiran terbuka.
  • Jangan mengambil kritik secara pribadi, gunakan sebagai bahan untuk memperbaiki diri.
  • Minta umpan balik dari orang yang kamu percaya, seperti sesama penulis atau editor.

Kesalahan adalah Bagian dari Perjalanan

Hari ini, aku masih menulis. Aku masih membuat kesalahan, tetapi kini aku menyambutnya dengan lapang dada. Karena aku tahu bahwa setiap kesalahan adalah langkah menuju perbaikan, setiap kritik adalah kesempatan untuk tumbuh, dan setiap tulisan yang kubuat, meskipun belum sempurna, adalah bagian dari perjalanan yang indah.

Jadi, jika kamu merasa takut untuk menulis karena khawatir melakukan kesalahan, ingatlah ini:

Kesalahan bukanlah tanda bahwa kamu gagal.
Kesalahan adalah tanda bahwa kamu sedang belajar.

Teruslah menulis. Teruslah berkembang.
Karena di setiap kata yang kau tulis, ada jejak langkah menuju impianmu.


Suka dengan konten ini? Beri like, komen, dan share pengalamanmu! Ikuti terus tulisan Arda Dinata untuk tips lebih lanjut.

#PenulisPemula #BelajarMenulis #KesalahanPenulis #PerbaikanDiri #CeritaArda

Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah artikel ini dan mengikuti kami di saluran WhatsApp "ProduktifMenulis.com (Group)" dengan klik link ini: WhatsApp ProduktifMenulis.com (Group) untuk mendapatkan info artikel terbaru dari website ini.

Arda Dinata adalah Penulis di Berbagai Media Online, Sehari-hari Bekerja Sebagai Sanitarian Ahli & Penanggung Jawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Tinggal di Pangandaran - Jawa Barat.

www.ArdaDinata.com:  | Share, Reference & Education |
| Sumber Berbagi Inspirasi, Ilmu, dan Motivasi Sukses |
Twitter: @ardadinata 
Instagram: @arda.dinata
Telegram: ardadinata


ANDA INGIN MENJADI PENULIS MANDIRI? 

INILAH: Ebook Kiat Sukses Membangkitkan Gairah Menulis Sepanjang Masa Khusus Untuk Anda!

“Kang Arda, kok bisa rajin dan konsisten menulis tiap hari. Apa sih rahasianya?” ucap pembaca setia tulisan saya di blog.

Jawaban atas pertanyaan itu, saya tulis di ebook ini.

EBOOK ini dapat di UNDUH dI SINI atau lewat  aplikasi google play book di bawah ini: 

 
 
 

Toko Sosmed
Klik Di Sini Melihat Koleksi Ebook Karya Arda Dinata Lainnya
A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA


BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama