Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (An-Nisa`: 36).
Ayat tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga silaturahiim. Atau istilah lainnya dari silaturahmi adalah: silaturahim, silaturohiim dengan mendahulukan Allah, kemudian orang tua, kerabat dst..
Sebentar lagi, kita menyambut Hari Besar Iedul Fitri, yang banyak dinanti kaum Muslimin sebagai hari kemenangan. Menang dalam Arti menahan nafsu, menahan diri dalam tempaan selama Ramadhan. Akhirnya, saat hari itu tiba, kaum muslimin merayakan tradisi untuk bermaaf-maafan, untuk menjalin dan menyambung kembali antara sesama kerabat, saudara, sahabat, dll.
Di sini, sebagian orang di Indonesa terbiasa dengan mengucap Minal 'Aidin wal Faizin, yang diiringi dengan tambahan kalimat Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
##
Sahabat mari kita lihat arti sebenarnya dari Minal 'aidin wal faizin, agar lebih mngetahui makna yang sebenarnya. Sehingga mudah mengaplikasikan maaf sebagai insan yang selalu rendah diri.
Kalimat Minal 'aidin wal faizin, terdiri dari huruf hijaiyah seperti berikut:
Mim-nun-alif-lam-'ain-alif-hamyah-dal-ya-nun-wawu-aliflam-fa-alif-hamyah-ya-za-ya-nun.
Jika ditranselerasikan dalam Bahasa Indonesia menjadi:
1. Min, Yang memiliki arti "termasuk".
2. Al-aidin, artinya"orang-orang yang kembali"
3. Wal, artinya "dan"
4. Al-faizin, artinya " menang".
Sehingga bila dimaknai secara harfiah dari Minal 'Aidin wal Faizin dalam Bahasa Indonesia, menjadi:
"Termasuk dari orang-orang yang kembali sebagai orang yang menang," dan bukan berarti mohon maaf lahir dan bathin, melainkan ditambahkannya kalimat tersebut untuk menyertai bahasa Arab Minal 'Aidin Wal faizin.
Sebagian kaum Muslimin di Indonesia, memaknai kemenangannya dari perjuangan selama bulan Ramadhan, sehingga saat hari raya tiba, disebut hari kemenangan.
##
Pada zaman khilafiah rosyidin, ucapan Minal 'Aidin wal Faizin, digunakan sebagai ungkapan bangga atas kemenangan perang yang sebenarnya, semisal perang badar."Semoga termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perang) dan sebagai orang yang menang (dalam setiap perjuangan Islam)."
Marilah kita biasakan melatih lisan kita dengan ucapan yang disertai Ilmu, sehingga memiliki nilai ibadah.
Jika dilihat dari rawinya dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad Saw) adalah "Taqabbalallahu minna waminkum." Lalu, menurut riwayat, ucapan nabi itu ditambahkan oleh orang-orang yang dekat dengan zaman Nabi dengan kata-kata "Shiyamana wa Shiyamakum," yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi "Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum" (Semoga Allah menerima amalan puasa saya dan kamu).
##
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Majmu Al-Fatawa 24/253]
Jubair bin Nufair: "Para sahabat Nabi Saw bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya: Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)." Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam 'Al Mahamiliyat' dengan Isnad yang Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata: "Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Saw. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain: 'Taqabbalallahu minnaa wa minka." (Ibnu Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/259)
IMAM AHMAD menyatakan bahwa ini adalah "Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus. Beliau menambahkan: "Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a'lam." [Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]
Dari Riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan, yang benar adalah dari "Taqabbalallahu… sampai … shiyamakum". tidak satupun menyatakan ada istilah Minal 'Aizin wal Faidzin. Atau tanpa Minal 'Aidin wal faidzin.
##
Jadi mengucapkan Minal 'Aidin wal Faizin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah/Ittiba'qaulyah, jatuhnya bisa menjadi bid'ah, tapi kalau niatnya hanya untuk "Ingin mendoakan sesama saudara seiman", Insya Allah, tidak salah dan bahkan hal yang baik.
Adapun jika ingin menambahkan bisa saja ditambahkan diakhir kalimat, agar secara harfiyah aja serasi menjadi: "Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum. Ja'alanallaahu Minal 'Aidin wal Faizin" Artinya, "Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang."
Ja'alanallaahu : Berarti "Semoga Allah menjadikan kita".. sebagai tambahan untuk melengkapi, Minal Aidin wal Faizin yg mengambang tadi..
Sahabat bagaimana jika kita ingin mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin" dalam bahasa arab benar?
Salah satunya adalah "As-alukal afwan zahiran wa bathina." Atau "Kullu aam wa antum bikhair", yang berarti semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik," dan sekali lagi bukan "Minal Aidin wal Faizin." Sebab, kata ini bukan berarti kalimat permintaan maaf. Namun, hanya sebuah doa yang tidak utuh.
Anjurannya, pada Hari Raya Idul Fitri merayakan kemenangan dengan saling mengucapkan "taqabballahu minna wa minkum." Artinya, semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian. Lalu, dibalas dengan ucapan "taqabbal yaa kariim" (artinya: terimalah ya Yang Maha Memberi).