"Manusia itu penuh arti. Banyak jiwa yang menyelimutinya. Keunikannya membuat eksistensi dirinya menjadi khas. Untuk tahu keunikan dirinya, tentu manusia harus membaca dirinya dengan benar. Yakni bercerminlah. Lewat becermin, seseorang akan mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya." ~Arda Dinata.
Bicara itu menyampaikan sesuatu pada orang lain. Bahkan ada juga yang bicara pada sendirinya. Walaupun ketika "berbicara" itu dilakukan dalam hati. Berbicara adalah mengelakukan komunikasi pada pihak lainnya. Terkait berbicara untuk merenungi diri ini, saya sering melakukannya. Bahkan lewat berbicara dalam hati ini, inspirasi tulisan saya kadang kala sering kali terasa mengalir.
Yups... Ide-ide dalam kepala dan pikiran ini ketika coba dibacakan (baca: bicara) dalam hati ini, tangan ini begitu mengalir menuliskannya mengikuti ucapan dalam hati tersebut. Termasuk tulisan ini, saya tulis dengan cara berbicara dalam hati sambil ditemani alunan musik yang romantis. Kondisi tersebut, membuat nulis saya tambah bergairah. Mengalir menuliskan apa yang dibicarakan dalam hati tersebut. Saya menamakannya menulis dengan membicarakan diri. Ya, menulis dengan membicarakan diri adalah metode menulis yang dirancang seperti kita berbicara kepada seseorang tentang tema yang telah kita tentukan.
Bahasa yang dituliskan untuk mengungkapkan tema itu sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran dan hati kita. Apa yang ada dibicarakan dalam hati dan pikiran, itulah yang saya tulis. Inilah diantara yang membuat tulisan yang dihasilkan itu menjadi mengalir. Layaknya, kita berbicara menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain. Kegitan semacam ini akan semakin lancar lagi, bila kita sebelumnya sudah banyak baca. Ya...baca apa saja. Lebih-lebih membaca sesuai dengan tema yang akan kita tuliskan
Menulis dengan metode membicarakan diri ini, sebenarnya saya lakukan agar tulisan yang saya hasilkan itu enak dibaca dan mengalir, tentu tanpa mengurangi dari isi dan makna yang terkandung dalam tulisan yang saya hasilkan. Menulis membicarakan diri, menurut saya sangat membantu untuk melihat potensi dan kekurangan diri sang penulisnya. Ibarat sebuah cermin, menulis dengan membicarakan diri ini adalah sebuah refleksi diri terhadap sesuatu fenomena yang dilihat, dirasakan, dan direnungkan oleh sang penulisnya.
Sejatinya, membicarakan diri itu merupakan sebuah interupsi terhadap dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk memetakan potensi diri dan juga menjadi ajang bagi perbaikan diri. Artinya, apa-apa yang ditulis lewat membaca diri itu merupakan cerminan sari sang penulisnya. Sehingga ketika membaca ulang tulisan-tulisannya itu akan menjadi penyemangat dan pengingat terhadap perilaku yang dilakukan.
Terkait dengan membicarakan diri ini, ada ungkapan yang pas buat kita renungkan bersama dari
Madame Swetchine,
"Banyak orang yang tidak pernah membicarakan dirinya, karena takut ada interupsi terhadap dirinya." Padahal, kalau mau jujur, sebuah interupsi (masukan, teguran, kritik, dan semacamnya) terhadap diri kita itu sesungguhnya akan mendewasakan hidup dan meningkatkan kulitas pribadi kita, bila kita menerimanya dengan terbuka dan ikhlas.
Jadi, menulis itu sejatinya adalah membicarakan diri, menuliskan diri kita sendiri tentang sesuatu fenomena yang dirasakan, dilihat, dan direnungkan. Akhirnya, sudahkan Anda hari ini membicarakan diri Anda sendiri lewat sebuah tulisan? Bila Anda belum mencobanya, silahkan coba Anda tuliskan saat ini juga, dan rasakan dampak positif yang akan Anda dapatkan. Bagaimana menurut pendapan Anda?