"Apa yang ada itu sudah cukup untuk kita tulis. Menulislah dengan apa yang ada dalam diri, apa yang dilihat, apa yang dirasakan, dan apa yang direnungkan diri Anda. Menulis itu tidak sama dengan berpikir. Menulis itu bukan memikirkan, tapi menuliskan sesuatu. Menulis itu adalah menuangkan pikiran yang ada dalam diri Anda lewat rangkaian tulisan." ~Arda Dinata.Ketika kita terus-terusan berpikir apa yang ingin kita tuliskan, maka saya bisa memastikan diri Anda tidak akan menulis-menulis. Sebab, kita masih ada dalam ranah berpikir. Menulislah seperti Anda menyapa dan menjawab pertanyaan dari seseorang. Artinya tuangkan isi pikiran Anda itu lewat rangkaian kata-kata menjadi kalimat. Susunan kalimat-kalimat itu akan menjadi alinea. Dan rangkaian alinea-alinea itu akan membentuk tulisan utuh yang menginformasikan isi pikiran sang penulisnya.
Anda akan berkata, "Tapi saya sulit menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan Kang Arda?" Apa yang Anda rasakan itu, banyak diamini oleh mereka yang mau belajar menulis. Kira-kira apa penyebabnya ya?
"Yups! Anda benar, karena Anda tidak membiasakan diri setiap hari. Latihlah terus dengan menuliskan apa yang ingin Anda ungkapkan kepada orang lain itu lewat tulisan. Tidak usaha panjang-panjang pada awalnya. Cukup dua sampai tiga kalimat saja setiap hari. Lama-lama Anda akan menambah sendiri rangkaian kalimat yang Anda tuliskan." Papar saya kepada calon penulis itu, sambil saya menceritakan hal itu pun saya alami pada awal-awal membiasakan belajar menulis.
Untuk itu, agar Anda bisa membiasakan diri kita mampu menuliskan isi pikiran, tidak lain jalannya adalah dengan kita rajin-rajin membaca, membaca, membaca, dan menuliskan apa yang telah kita baca sesuai kadar apa yang tertangkap dalam pikiran kita.
Semakin banyak bahan bacaan yang diserap oleh otak kita, maka pembendaharaan kata yang ada dalam pikiran kita pun akan bertambah terus. Dan kondisi seperti ini yang dilakukan terus menerus, maka akan melancarkan diri kita pada saat menulis menuangkan isi pikiran kita. Coba Anda banyangkan, kalau kita tidak banyak membaca, maka apa yang akan kita tuangkan dalam tulisan Anda tersebut? Jadi, membaca dan menulis itu adalah satu paket yang harus terus dipelihara, bila Anda ingin menjadi penulis sukses.
Saran saya lainnya adalah ketika Anda menuangkan isi pikiran lewat tulisan, hendaknya Anda fokus pada saat menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan itu. Tulis saja terus apa yang ingin Anda ungkapkan. Menulis secara bebas, seperti ketika Anda berbicara. Berbicaralah Anda dalam hati, sedangkan jari-jari Anda menari menuliskan setiap kata-kata yang Anda ungkapkan dalam hati itu. Rasakanlah.....! Bagaimana begitu mengalirnya aliran kata dan kalimat yang Anda ungkapkan itu, seperti ketika Anda menuangkan isi air dari dalam teko ke dalam gelas. Seperti itulah lancarnya menuliskan isi pikiran dalam otak Anda ke dalam tulisan. Anda memang luar biasa...!
Lakukan terus kebiasaan membaca, membaca, membaca, dan menulis-menulis-menulis itu sampai menjadi kebiasaan sehari-hari. Maka, Anda akan mengatakan, "Ternyata menulis itu, tidaklah sesulit yang Anda bayangkan sebelumnya. Ketika belum membisakan membaca dan menulis itu seperti kebutuhan makan dan minum yang harus kita lakukan sehari-hari."
Langkah selanjutnya, agar tulisan yang kita tuliskan itu menjadi tulisan yang bagus, tentu Anda harus belajar memoles tulisan yang sudah kita tulis. Artinya, sebelum tulisan kita dikonsumsi oleh orang banyak, maka Anda harus membaca ulang ketika tulisan yang utuh itu selesai kita buat. Barang kali ada salah ketik, salah tanda baca, kurang huruf, dan lainnya. Lalu, setelah itu kita baca lagi, apakah kalimatnya enak didengar dan mengalir saat dibaca? Poleslah setiap kata dan kalimat yang kurang enak di dengar dan menghambat saat orang membaca tulisan tersebut.
Dalam hal ini, patut kita renungkan (bagi para penulis) yang ingin tulisannya menjadi bagus, apa yang dikatakan Dean Koontz, seorang novelis, saat mengantarkan buku Tales of the Impossible-nya David Copperfield, beliau mengungkapkan, "Semakin sering orang menulis dan semakin sering pula orang memikirkan tulisannya, semakin bagus jualah karyanya."
Hal itu, ternyata diamini juga oleh Hernowo, penulis Mengikat Makan, dalam bukunya Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, "Saya sebenarnya malu untuk mengakui hal ini. Kadang, saya tak lelah-lelah dan tak jemu-jemu membaca berulang-ulang tulisan-tulisan mentah saya. Mungkin, bisa jadi, ada yang saya baca kembali hingga lima tau tujuh kali. Apakah karena kecenderungan saya membaca ulang, hingga beberapa kali, tulisan saya itu lantas saya ingin agar tulisan saya menjadi bagus? Entahlah." Itulah ungkapan Hernowo dalam bukunya yang begitu mengalir ketika dibaca.
Itulah di antara kiat yang bisa dilakukan agar tulisan kita menjadi bagus. Semakin kita terus membaca, menulis, dan membaca lagi, menulis lagi, maka otot-otot kecerdasan menulis itu akan terus tergali dan terpelihara, sehingga tulisan yang dihasilkan semakin bagus dan berkualitas. Akhirnya, saya berharap tulisan ini memberi manfaat bagi Anda dan semoga kita terbiasakan dalam budaya membaca-menulis setiap hari.
Pangandaran, 11062015
Salam Inspirasi....
Arda Dinata, selalu membaca-menulis, penggagas dan penggiat Arda Republik Inspirasi (ARI) Indonesia, serta pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, www.miqraindonesia.com.