Biasa Ala Orang yang Berharta

Berharta, artinya mempunyai harta; kaya. Biasa ala orang berharta, maka dirinya tidak akan rela dan tidak berniat sedikit pun untuk menenggelamkan dirinya dengan kekayaan harta yang dimilikinya di luar tutuntan-Nya.


Biasa Ala Orang yang Berharta
Oleh: Arda Dinata

Harta berarti (barang-barang, uang, dsb yang menjadi) kekayaan. Jadi, yang dikatakan harta tidak cukup hanya uang (seperti emas, perak) atau sesuatu yang dapat menggantikannya (seperti uang kertas, dll), namun juga adalah sesuatu yang mungkin dapat menggantikannya.

Berharta, artinya mempunyai harta; kaya. Sesungguhnya orang yang dikatakan kaya dengan harta, adalah mereka yang dalam usahanya itu dari usaha yang halal, serta dapat melaksanakan hak-hak Allah atas hartanya tersebut. Dari sini, biasa ala orang berharta akan memposisikan hartanya sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan pula sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian. Lebih jauh, ia dalam hidupnya akan mengaktualisasikan amanah Allah sesuai dengan QS. Al Baqarah: 67, yaitu “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir tetapi adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Harta menurut permohonan Islam, adalah harta Allah yang telah dikuasakan kepada manusia. Artinya harta itu adalah harta Allah sedangkan manusia itu terikat dalam membelanjakan hartanya dengan ketentuan-ketentuan yang disyariatkan-Nya.

Dalam Islam, biasa ala orang berharta, maka dirinya akan selalu terdorong untuk membelanjakan hartanya, dan melarang menjatuhkan dirinya kepada kehancuran. Allah berfirman, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195).

Dalam hal ini, Al Manawy mengatakan, “Harta itu tidak akan tercela dengan sendirinya, maka sesungguhnya harta dunia itu adalah ladang di akherat. Barangsiapa mengambil harta dunia itu dengan memelihara hukum syariat, maka Allah akan memberi pertolongan di akheratnya.” Jadi, harta itu bagaimana orang yang memilikinya. Karena harta bisa menjadi jalan kebaikan buat kita dan juga bila tidak berhati-hati ia akan memperbudak diri kita.

Dalam Alquran, Allah mengabadikan kisah atas kekikiran orang berharta, tidak lain sebagai pelajaran buat umat saat ini dan yang akan datang. Sebagai contoh adalah kisah Tsa’labah yang telah mengingkari janjinya sendiri setelah banyak hartanya, sehingga turun ayat Allah yang berbunyi (artinya), “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Tetapi setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakang (kebenaran). Sebab itu Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah (yang demikian itu) karena mereka itu telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya. Dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (QS. At Taubah: 75-77).

Ayat di atas, telah memberi peringatan atas orang yang kikir atas hartanya. Sehingga dari kisah ini seharusnya dapat mendorong kekuatan sifat pemurah dan akan memulyakan dirinya sendiri (berinfak). Karena kekikiran itu sesungguhnya akan berbalik terhadap dirinya sendiri (baca: QS. Muhammad: 38).

Nabi saw bersabda, “Hai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memberikan kelebihan untuk berinfak adalah lebih baik bagimu. Dan jika engkau kikir adalah lebih buruk bagimu. Dan janganlah kamu boros terhadap kekayaanmu. Dan bantulah kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (HR. Muslim, Turmudzi).

Dalam hadits lain disebutkan, “Jagalah kamu dari sifat kikir, karena sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang sebelum kamu telah binasa, disebabkan kekikiran." (HR. Dawud).

Jadi, biasa ala orang berharta, maka dirinya tidak akan rela dan tidak berniat sedikit pun untuk menenggelamkan dirinya dengan kekayaan harta yang dimilikinya di luar tutuntan-Nya.


Bagaimana menurut Anda?  


Berikut ini, ada beberapa perilaku kehidupan ala orang biasa yang dapat menjadi tarbiyah bagi kita yang merindukan enaknya hidup ini.

Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com 

| ARDA PUBLISHING| INSPIRASI | OPINI | OPTIMIS | KESEHATAN | KELUARGA | SPIRIT | IBROH | JURNALISTIK | LINGKUNGAN | BISNIS | BUKU | PROFIL PENULIS | JURNAL MIQRA | ILMU KAYA RAYA | HUBUNGI KAMI |
BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama