| Arda Dinata | Menyuburkan Tulisan
"Tetes hujan begitu segar menyejukan. Tanaman pun riang gembira dibuatnya. Seperti pori-pori tanah yang setia memeluknya penuh mesra. Aku terpesona meyaksikan hujan penuh berkah yang menumbuhkan dan memekarkan kehidupan. Tuhan setia menurunkan rahmat dalam tetesan air hujan." -Arda Dinata.
SORE itu, seperti biasa saya disibukkan dengan menyirami tanaman-tanaman yang ada di sekitar halaman rumah. Hati ini begitu senang melihat tanaman yang tumbuh menyegarkan dan menghasilkan kebermanfaatan.
Rutin menyiram dan memberi pupuk pada tanaman itu merupakan ikhtiar untuk menyuburkan tanaman-tanaman. Tanaman yang subur, tentu tidak asal tumbuh namun juga menghasilkan buah kebermanfaatan.
Filosofi demikian, saya terapkan juga dalam menyuburkan tulisan-tulisan yang saya susun. Tulisan yang kita tulis hendaknya tidak asal jadi, apalagi tanpa punya nilai manfaat bagi pembacanya. Justru, tulisan yang menyuburkan itu harus tulisan yang mampu membuat pembacanya menjadi tercerahkan, termotivasi, dan dapat mengambil manfaat dari tulisan yang kita hasilkan.
Dengan kata lain, tulisan yang baik itu harus menyuburkan pikiran bagi mereka yang membacanya. Memberi inspirasi untuk kebaikan, menyajikan hikmah untuk berbenah, dan merangsang hasrat untuk bertindak memberdayakan diri serta punya nilai kebermanfaatan pada setiap orang yang membacanya.
Nilai-nilai seperti itulah yang senantiasa saya usahakan ada dalam tulisan-tulisan yang saya hasilkan. Sekecil dan sesederhana apa pun nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam setiap tulisan tersebut. Itu tidak jadi masalah. Pokoknya harus ada nilai kebaikan yang saya tawarkan.
Untuk dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang menyuburkan para pembacanya itu, tentu bukan sesuatu yang mudah. Tapi, hal itu dapat kita lakukan. Asal ada niat dalam pikiran kita. Niatlah yang akan menggerakkan pikiran bawah sadar kita untuk selalu merangkai kata penuh hikmah dalam kehidupan.
Niat baik itu harus diwujudkan dengan langkah-langkah positif yang mendukung terciptanya tulisan-tulisan yang menyuburkan itu. Hal pertama yang harus kita lakukan agar menghasilkan tulisan yang subur menginspirasi adalah dengan banyak-banyak membaca. Yakni membaca pedoman hidup (Al-Qur'an), kehidupan alam semesta, dan kehidupan serta perilaku manusia. Inilah sumber-sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis dan akan menyuburkan isi tulisan-tulisan kita, bila kita kreatif menggalinya. Pola pikir itulah yang jadi dasar saya mendirikan Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA).
Ya, betul syaratnya kita harus kreatif dan selalu merenungi hikmah yang ada dalam setiap kejadian yang 'dibaca' itu. Sebab sejatinya apa yang terjadi dalam kehidupan ini bukan suatu kebetulan. Tapi, sudah menjadi ketentuan Allah. Tugas kita tinggal menggali dan mengambil hikmah dari setiap kejadian itu sebagai pelajaran yang mencerahkan.
Langkah pencerahan lainnya yang membuat tulisan-tulisan kita jadi hidup, subur makmur bergelimang ide dan inspirasi yang mencerahkan pembacanya adalah dengan sering-sering melakukan silaturahim pada orang-orang berilmu dan ikhlas beramal sholeh. Silaturahim di sini, tidak hanya pada mereka yang masih hidup. Tapi, juga pada mereka yang telah meninggal. Yakni, lewat karya-karya yang ditinggalkannya.
Terakhir, agar tulisan-tulisan kita subur mendamaikan dan bahasanya mengalir lagi punya citra rasa tinggi. Atau punya rasa bahasa yang menggairahkan lagi tidak kaku, maka penulis itu harus selalu membiasakan diri membaca kamus, tesaurus, karya sastra dan keindahan alam. Yup, lewat wisata bahasa dan alam itu akan mengkayakan jiwa kita dengan aneka perbendaharaan kata.
Jadi, lewat dimilikinya aneka kekayaan pembendaharaan kata itulah, tulisan kita akan hidup dan tidak monoton. Sehingga pembaca merasakan tulisan yang nikmat penuh gizi. Mereka berguman, "Tidak terasa euy.., tahu-tahu tulisan yang dibaca ini sudah tamat dibaca sampai akhir!"
Apakah Anda pernah merasakan kondisi seperti itu? Bagaimana menurut Anda?
Salam menulis keberkahan....
ARDA DINATA
www.ArdaDinata.com
"Tetes hujan begitu segar menyejukan. Tanaman pun riang gembira dibuatnya. Seperti pori-pori tanah yang setia memeluknya penuh mesra. Aku terpesona meyaksikan hujan penuh berkah yang menumbuhkan dan memekarkan kehidupan. Tuhan setia menurunkan rahmat dalam tetesan air hujan." -Arda Dinata.
SORE itu, seperti biasa saya disibukkan dengan menyirami tanaman-tanaman yang ada di sekitar halaman rumah. Hati ini begitu senang melihat tanaman yang tumbuh menyegarkan dan menghasilkan kebermanfaatan.
Rutin menyiram dan memberi pupuk pada tanaman itu merupakan ikhtiar untuk menyuburkan tanaman-tanaman. Tanaman yang subur, tentu tidak asal tumbuh namun juga menghasilkan buah kebermanfaatan.
Filosofi demikian, saya terapkan juga dalam menyuburkan tulisan-tulisan yang saya susun. Tulisan yang kita tulis hendaknya tidak asal jadi, apalagi tanpa punya nilai manfaat bagi pembacanya. Justru, tulisan yang menyuburkan itu harus tulisan yang mampu membuat pembacanya menjadi tercerahkan, termotivasi, dan dapat mengambil manfaat dari tulisan yang kita hasilkan.
Dengan kata lain, tulisan yang baik itu harus menyuburkan pikiran bagi mereka yang membacanya. Memberi inspirasi untuk kebaikan, menyajikan hikmah untuk berbenah, dan merangsang hasrat untuk bertindak memberdayakan diri serta punya nilai kebermanfaatan pada setiap orang yang membacanya.
Nilai-nilai seperti itulah yang senantiasa saya usahakan ada dalam tulisan-tulisan yang saya hasilkan. Sekecil dan sesederhana apa pun nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam setiap tulisan tersebut. Itu tidak jadi masalah. Pokoknya harus ada nilai kebaikan yang saya tawarkan.
Untuk dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang menyuburkan para pembacanya itu, tentu bukan sesuatu yang mudah. Tapi, hal itu dapat kita lakukan. Asal ada niat dalam pikiran kita. Niatlah yang akan menggerakkan pikiran bawah sadar kita untuk selalu merangkai kata penuh hikmah dalam kehidupan.
Niat baik itu harus diwujudkan dengan langkah-langkah positif yang mendukung terciptanya tulisan-tulisan yang menyuburkan itu. Hal pertama yang harus kita lakukan agar menghasilkan tulisan yang subur menginspirasi adalah dengan banyak-banyak membaca. Yakni membaca pedoman hidup (Al-Qur'an), kehidupan alam semesta, dan kehidupan serta perilaku manusia. Inilah sumber-sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis dan akan menyuburkan isi tulisan-tulisan kita, bila kita kreatif menggalinya. Pola pikir itulah yang jadi dasar saya mendirikan Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA).
Ya, betul syaratnya kita harus kreatif dan selalu merenungi hikmah yang ada dalam setiap kejadian yang 'dibaca' itu. Sebab sejatinya apa yang terjadi dalam kehidupan ini bukan suatu kebetulan. Tapi, sudah menjadi ketentuan Allah. Tugas kita tinggal menggali dan mengambil hikmah dari setiap kejadian itu sebagai pelajaran yang mencerahkan.
Langkah pencerahan lainnya yang membuat tulisan-tulisan kita jadi hidup, subur makmur bergelimang ide dan inspirasi yang mencerahkan pembacanya adalah dengan sering-sering melakukan silaturahim pada orang-orang berilmu dan ikhlas beramal sholeh. Silaturahim di sini, tidak hanya pada mereka yang masih hidup. Tapi, juga pada mereka yang telah meninggal. Yakni, lewat karya-karya yang ditinggalkannya.
Terakhir, agar tulisan-tulisan kita subur mendamaikan dan bahasanya mengalir lagi punya citra rasa tinggi. Atau punya rasa bahasa yang menggairahkan lagi tidak kaku, maka penulis itu harus selalu membiasakan diri membaca kamus, tesaurus, karya sastra dan keindahan alam. Yup, lewat wisata bahasa dan alam itu akan mengkayakan jiwa kita dengan aneka perbendaharaan kata.
Jadi, lewat dimilikinya aneka kekayaan pembendaharaan kata itulah, tulisan kita akan hidup dan tidak monoton. Sehingga pembaca merasakan tulisan yang nikmat penuh gizi. Mereka berguman, "Tidak terasa euy.., tahu-tahu tulisan yang dibaca ini sudah tamat dibaca sampai akhir!"
Apakah Anda pernah merasakan kondisi seperti itu? Bagaimana menurut Anda?
Salam menulis keberkahan....
ARDA DINATA
www.ArdaDinata.com