Menjalin Persahabatan dengan Alam Semesta

AGAMA Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., adalah agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin). Kata ‘rahmat’ mencakup makna yang amat luas. Dari kata itu dapat difahami bahwa keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, dan sejenisnya adalah rahmat yang perlu kita bangun untuk mewujudkannya serta mensyukurinya.


Untuk mencapai rahmat-rahmat tersebut, kita punya kewajiban untuk menjaga dan memfungsikan secara bijak atas alam semesta. Inilah namanya menjalin persahabatan dengan alam semesta.


Kita mengetahui dari awal, alam semesta diciptakan oleh Allah bukan main-main (dengan hak-Nya), dengan tujuan antara lain sebagai tanda kekuasaan Allah bagi yang berakal, mengetahui, bertaqwa, mau mendengarkan pelajaran, dan mereka yang memikirkan.

Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia, sebagai suatu rahmat dari Allah; untuk kepentingan manusia dan menyempurnakan nikmat; untuk menguji semua manusia; siapa-siapa saja yang lebih baik amalnya dalam hidup ini.

Melihat begitu pentingnya alam semesta terhadap kelangsungan kehidupan manusia, maka kita perlu menjalin persahabatan (baca: menjaga lingkungan alam) sesuai dengan batas-batas ketentuan-Nya. Lagian, walau bagaimanapun lingkungan hidup itu mampu mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Jadi, posisi keselamatan lingkungan hidup ini, tentu memiliki porsi besar dalam menentukan kelangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini.

Adanya beberapa bencana alam dewasa ini, seperti longsor, banjir kebakaran hutan, dll. Itu merupakan bukti manusia kurang bersahabat dengan alam semesta. Karena pada dasarnya, alam itu mampu menyeimbangkan dirinya sendiri, seandainya tidak terjadi keserakahan manusia.

Dalam hal ini, jalinan persahabatan terhadap alam ini tentu tidak terlepas pada dasar awal dari persahabatan itu sendiri. Yakni karena Allah SWT. Inilah landasan persahabatan yang sebaik-baiknya. Allah menginformasikan dalam surat Ar-Rum ayat 41, (yang artinya): “Telah timbullah kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan mereka sendiri, biar mereka dapat merasakan sendiri akibat perbuatannya, supaya kembali kepada Tuhan.”

Akhirnya, apa yang telah dipaparkan di atas, tidak lain adalah sesuatu yang mesti kita bina dengan jalinan persahabatan karena Allah. Yang untuk kondisi saat ini merupakan sesuatu yang terlihat mulai renggang ---kalau tidak mau disebut rapuh---.

Dan sesungguhnya persahabatan hakiki itu merupakan buah dari kebajikan akhlak, sedangkan tafarruq (perselisihan) tidak lain merupakan hasil dari kebejatan akhlak. Maka akhlak yang bagus akan membuahkan rasa saling cinta, saling bersatu, dan saling memberi manfaat; sedangkan akhlak yang buruk akan menghasilkan rasa saling membenci, saling mendengki, dan saling mencelakakan. Hanya Allah-lah sebaik-baiknya tempat kita kembali. Wallahu’alam.

Bagaimana menurut Anda?

Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama